Settings
Light Theme
Dark Theme
  • Episode 10 - Kerajaan Nusantara

    24 AUG 2020 · Kerajaan bercorak Hindu: Kutai dan Tarumanegara --- This episode is sponsored by · Anchor: The easiest way to make a podcast. https://anchor.fm/app Support this podcast: https://anchor.fm/abu-mumtaz/support
    5m 8s
  • Episode 09 - l'histoire de l'indonésie

    13 AUG 2020 · l'histoire de l'indonésie --- This episode is sponsored by · Anchor: The easiest way to make a podcast. https://anchor.fm/app Support this podcast: https://anchor.fm/abu-mumtaz/support
    17m 57s
  • Episode 08 - The History of Indonesia

    12 AUG 2020 · The history of Indonesia from pre colonial history to colonial history --- This episode is sponsored by · Anchor: The easiest way to make a podcast. https://anchor.fm/app Support this podcast: https://anchor.fm/abu-mumtaz/support
    16m 37s
  • Episode 07 - Hindu Budha Development

    4 AUG 2020 · At the beginning of the Christian era on the Asian Continent, there were two large countries whose level of civilization was considered high. namely India and China. The two countries have good economic and trade relations. The flow of trade and shipping traffic takes place by land and sea. One of the sea lanes traversed by India-China is the Malacca Strait --- This episode is sponsored by · Anchor: The easiest way to make a podcast. https://anchor.fm/app Support this podcast: https://anchor.fm/abu-mumtaz/support
    7m 9s
  • Episode 06 - Perkembangan Hindu Budha

    4 AUG 2020 · HlNDU-BUDHA PERKEMBANGAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA Proses Masuk dan Berkembangnya Pengaruh Hindu-Budha di Indonesia Pada permulaan tarikh masehi di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat peradabannya dianggap sudah tinggi. yaitu India dan Cina. Kedua negeri ini menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati lndia-Cina adalah Selat Malaka. Indonesia yang terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera. serta berada di dekat Selat Malaka memiliki keuntungan, yaitu: 1. Sering dikunjungi bangsa bangsa asing, seperti India,Cina, Arab,dan Persia 2. Kesempatan melakukan hubungan Perdagangan lnternasional terbuka lebar, 3. Pergaulan dengan bangsa-bangsa Lain semakin Luas, 4. Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha. Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional menyebabkan timbulnya percampuran budaya. India merupakan negara pertama yang memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan para ahli tentang proses masuknya budaya Hindu-Budha ke Indonesia. 1. Hipotesis Brahmana Hipotesis ini mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya penyebaran budaya Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan dari penguasa Indonesia untuk menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah Van Leur. 2. Hipotesis Ksatria Pada hipotesis ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh kaum ksatria. Menurut hipotesis ini, di masa lampau di India sering terjadi peperangan antar golongan di dalam masyarakat. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi perang, lantas meninggalkan india. Rupanya, diantara mereka ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu pula terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu. FDK Bosch adalah salah seorang pendukung hipotesis ksatria. 3. Hipotesis Waisya Menurut para pendukung hipotesis Waisya, kaum Waisya yang berasal dari kelompok pedagang telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara. Para pedagang banyak berhubungan dengan para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran budaya Hindu. NJ Krom adalah salah satu pendukung dari hipotesis Waisya. 4. Hipotesis Sudra Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah menyebabkan golongan Sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan India dengan mengikuti kaum Waisya. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudralah yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke Nusantara. Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama Hindu dan Budha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak. mereka kembali untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik. Agama Hindu Agama Hindu berkembang di India pada kurang lebih tahun 1500 Sebelum Masehi. Sumber ajaran Hindu terdapat dalam kitab sucinya Weda. Kitab Weda terdiri dari atas 4 Samhita atau "himpunan" yaitu: 1. Reg Weda: syair puji-pujian kepada para dewa. 2. Sama Weda. berisi nyanyian-nyanyian suci. 3. Yajur Weda. berisi mantera untuk upacara keselamatan. 4. Atharwa Weda. berisi doa untuk penyembuhan penyakit. Di samping kitab Weda. umat Hindu juga memiliki kitab suci lainnya yaitu: 1. Kitab Brahmana, berisi ajaran tentang hal-hal sesaji. 2. Kitab Upanishad, berisi ajaran ketuhanan dan makna hidup. Agama Hindu l polytheisme (menyembah banyak dewa). --- This episode is sponsored by · Anchor: The easiest way to make a podcast. https://anchor.fm/app Support this podcast: https://anchor.fm/abu-mumtaz/support
    7m 54s
  • Episode 05 - Powerful women who ruled the Java Land

    3 AUG 2020 · Powerful women who ruled the land of Java The assumption that women are weak creatures arises and is very dependent on men. Is that right? The answer is no. Considering many tough women were born on earth. They do not bear the title of woman, but women who, in Javanese understanding, wani are organized (dare to be regulated) and at the same time wani nata (dare to regulate) as men. Not just playing a role in regulating the household, but also regulating the country as a queen. Stated in history in the land of Java, some women who occupy positions as queen, include: Ratu lay Shima (Kalingga), Pramodhawardhani (Medang of the Central Java period of the last Sailendra Dynasty), Sri Isana Tunggawijaya (Medang of the second East Java Period), Tribhuwana Wijayatunggadewi (The third Majapahit), and Sri Suhita (the sixth Majapahit). In addition, the regent of epara appeared before the era of the Aryan Penangsang government in Demak and during the reign of Sultan Hadiwijaya in Pajang, namely Ratu Kalinyamat. Regarding women as queens, not only in Java, but also in Sumatra, West Java, Kalimantan and Sulawesi, such as Sultanah Nahrasiyah (Samudera Pasai); Sri Ratu Safiatuddin Tajul Alam, Sri Ratu Naqiatuddin Nurul Alam, Sri Ratu Zaqiatuddin Inayat Syah, and Sri Ratu Zainatuddin Kamalat Syah (Aceh Darussalam); Mahisa Suramardini Warmandewi and Sphatikarnawa Warmandewi (Salakanagara); Nyi Mas Ratu Patuakan and Nyi Mas Ratu Inten Dewata (Sumedanglarang); Maharatu Mayang Mulawarni (Kutai Martapura); Tumanurung (Gowa); Sultana Zainab Zulkiyahtuddin, l-Danraja Siti Nafisah Karaeng Langelo, We Maniratu Arung Data, and Sri Sultana Fatima (Bone); and Ratu Wa Kaa Kaa and Ratu Bulawambona (Buton). In addition to the queens from Java and outside Java, many mighty women were predicated as empresses, heroes, thinkers, politicians, ministers, and others, including Nyi Ageng Serang (Mataram), Nyi Ontosoroh, Cut Nyak Dhien (Aceh), Cut Nyak Meutea (Aceh), and Martha Christina Tiahahu (Maluku). Therefore, the presence of this content is expected to provide enlightenment for every listener. In addition to inspiring inspiration and spirit in gender equality, this content will be able to uncover the mystery behind the gentleness of attitudes and speech of Javanese women in particular, and the archipelago in general, where one eye is. --- This episode is sponsored by · Anchor: The easiest way to make a podcast. https://anchor.fm/app Support this podcast: https://anchor.fm/abu-mumtaz/support
    3m 24s
  • Episode 04 - Mukodimah Perempuan-perempuan Tangguh

    3 AUG 2020 · Perempuan-perempuan tangguh penguasa tanah Jawa Muncul asumsi bahwa perempuan merupakan makhluk lemah dan sangat tergantung dengan kaum pria. Benarkah demikian? Jawabnya, tidak. Mengingat banyak perempuan tangguh dilahirkan di bumi. Mereka tidak menyandang predikat perempuan, namun wanita yang dalam pemahaman orang Jawa, wani ditata (berani diatur) dan sekaligus wani nata (berani mengatur) sebagaimana kaum pria. Bukan sekadar berperan turut mengatur rumah tangga, namun juga mengatur negara sebagai seorang ratu. Termaktub dalam sejarah di tanah Jawa, beberapa wanita yang menduduki jabatan sebagai ratu, antara lain: Ratu lay Shima (Kalingga), Pramodhawardhani (Medang periode Jawa Tengah dari Dinasti Sailendra terakhir), Sri Isana Tunggawijaya (Medang Periode Jawa Timur kedua), Tribhuwana Wijayatunggadewi (Majapahit ketiga), dan Sri Suhita (Majapahit keenam). Selain itu, muncul bupati ]epara sebelum era pemerintahan Arya Penangsang di Demak dan semasa pemerintahan Sultan Hadiwijaya di Pajang, yaitu Ratu Kalinyamat. Berkaitan wanita sebagai ratu, tidak hanya ada di Jawa, namun juga di Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan, dan Sulawesi, semisal Sultanah Nahrasiyah (Samudera Pasai); Sri Ratu Safiatuddin Tajul Alam, Sri Ratu Naqiatuddin Nurul Alam, Sri Ratu Zaqiatuddin lnayat Syah, dan Sri Ratu Zainatuddin Kamalat Syah (Aceh Darussalam); Mahisa Suramardini Warmandewi dan Sphatikarnawa Warmandewi (Salakanagara); Nyi Mas Ratu Patuakan dan Nyi Mas Ratu Inten Dewata (Sumedanglarang); Maharatu Mayang Mulawarni (Kutai Martapura); Tumanurung (Gowa); Sultana Zainab Zulkiyahtuddin, l-Danraja Siti Nafisah Karaeng Langelo, We Maniratu Arung Data, dan Sri Sultana Fatima (Bone); serta Ratu Wa Kaa Kaa dan Ratu Bulawambona (Buton). Selain para ratu dari Jawa dan luar Jawa, banyak perempuan perkasa yang berpredikat sebagai permaisuri, pahlawan, pemikir, politikus, menteri, dan lain-lain, antara lain Nyi Ageng Serang (Mataram), Nyi Ontosoroh, Cut Nyak Dhien (Aceh), Cut Nyak Meutea (Aceh), dan Martha Christina Tiahahu (Maluku). Oleh karena itu, dengan hadirnya konten ini diharapkan mampu memberikan pencerahan bagi setiap pendengar. Selain menggugah inspirasi dan spirit dalam penyetaraan gender, konten ini akan mampu menguak misteri di balik kelembutan sikap dan tutur kata wanita Jawa khususnya, dan Nusantara pada umumnya, di mana sebelah mata. --- This episode is sponsored by · Anchor: The easiest way to make a podcast. https://anchor.fm/app Support this podcast: https://anchor.fm/abu-mumtaz/support
    3m 51s
  • Episode 03 - Prehistoric Human Life in Indonesia

    3 AUG 2020 · Welcome to Islamic senior High School Al Ghozali podcast. Host and Founder is My Brother Liyas Syarifuddin, ok our beloved listeners, in this occasion we will study about Human Life in prehistoric in Indonesia. The life of the people (humans) in prehistoric times is divided into 3 periods. that is: A. The Time of Hunting and gathering (Food Gathering) At this time humans are still physically limited in their efforts in dealing with natural conditions. The level of human thinking that is still low causes his life to move places and depend his life on nature by hunting and gathering food. Praaksara humans can already use simple tools in gathering food. The aids are made of simple sharpened stone, bones. or wood. The characteristics of this era are: 1. The eyes of hunting and gathering food 2. Life move around and not settled (nomadic) 3. Place of residence: caves 4. The tools used are made of stone which is still rough, bones and deer antlers such as: the ax ax, shale tools, bone tools, hand ax B. The period of farming (Food Producing) Enter the Neolithic era. human thinking ability begins to develop. So that an effort arises to prepare an adequate supply of foodstuffs in a certain period. In these efforts, humans grow crops and are no longer dependent on nature. The characteristics of this era are: 1. Has begun to settle 2. Good at making a house as a place to live 3. How to produce food by growing crops or having land 4. Began to form community groups 5. Tools made of wood. horns, bones, bamboo, clay and stone 6. The tools have been sprayed / honed 7. This farming era coincided with the Neolithic era (young stone age) and the Megalithic Age (big stone age) C. The Carpenters Period At this time people are familiar with metal processing techniques. The place for metal processing is called perundagian and the person who is skilled at doing it is called Undagi. 1. Humans have been good at making metal tools with special skills and expertise 2. Already know paddy fields 3. Equipment produced: ax funnel. nekara, knives, plows and metal farming tools 4. Has reached a steady level of socio-economic development There are two ways of making metal, namely mold III (a cire perdue); the object in question is made of wax and covered with wet clay. then burned, Illin melted from the hole made at the bottom. The mold is finished made, liquid metal is poured into oil, after the cold mold is broken. The second is a bivalve mold, using a mold made from wet clay. After drying the molten metal is poured into it and allowed to stand until it is cold then the mold is opened. The dating period is divided into three eras, namely: 1. Copper Age At this time humans use copper as a cultural tool that is only known in some parts of the world. In Southeast Asia, especially Indonesia, there is no known copper age. This is evidenced by the absence of artifacts made and copper. 2. Bronze Age One can mix copper with tin so that a harder metal is obtained. The bronze objects found in Indonesia show similarities to the findings in Dongson (Vietnam), both the shape and pattern of the decoration. This has led to allegations about the cultural relationship that developed in Dongson with Indonesia. 3. Iron Age At this time people have been able to melt iron to be poured into the tools needed, at this time in Indonesia there are not many tools made of iron, only a few such as funnel axes, nekara, knives, plows and metal farming tools. Between the Neolithicum and the metal age megalithic culture flourished. that is, culture that uses big boulders as a tool. even the pinnacle of megalithic culture was precisely in the metal age. Examples of Megalithic culture results: Dolmen are stone tables where offerings are offered to the spirits of the ancestors. Sarcophagus is a place for storing bodies. Generally made of stone. Sarcophagi are often stored above the ground, therefore sarcophagi are often carved. care --- This episode is sponsored by · Anchor: The easiest way to make a podcast. https://anchor.fm/app Support this podcast: https://anchor.fm/abu-mumtaz/support
    6m 45s
  • Episode 02-kehidupan manusia prasejarah di Indonesia

    1 AUG 2020 · KEHIDUPAN MANUSIA PRASEJARAH DI INDONESIA Kehldupan masyarakat atau manusia pada zaman prasejarah terbagi menjadi 3 periode. yaitu: A. Masa Berburu dan Meramu atau Food Gathering Pada masa ini secara fisik manusia masih terbatas usahanya dalam menghadapi kondisi alam. Tingkat berpikir manusia yang masih rendah menyebabkan hidupnya berpindah-pindah tempat dan menggantungkan hidupnya kepada alam dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan. Manusia praaksara sudah bisa menggunakan alat bantu sederhana dalam mengumpulkan makanan. Alat bantu itu terbuat dari batu yang diasah sederhana, tulang. ataupun kayu. Ciri zaman ini adalah : 1.Mata pencaharian berburu dan mengumpulkan makanan 2.Hidup berpindah-pindah dan belum menetap atau nomaden 3.Tempat tinggalnya di gua-gua 4.Alat-alat yang digunakan terbuat dari batu kali yang masih kasar, tulang dan tanduk rusa seperti :Kapak perimbas, Alat serpih,Alat tulang, Kapak genggam B. Masa Bercocok tanam atau Food Producing Memasuki zaman Neolithikum. kemampuan berpikir manusia mulai berkembang. Sehingga timbul upaya menyiapkan persediaan bahan makanan yang cukup dalam suatu masa tertentu. Dalam upaya tersebut maka manusia bercocok tanam dan tidak lagi tergantung kepada alam. Ciri zaman ini adalah : 1. Telah mulai menetap 2. Pandai membuat rumah sebagai tempat tinggal 3. Cara menghasilkan makanan dengan bercocok tanam atau berhuma 4. Mulai terbentuk kelompok-kelompok masyarakat 5. Alat-alat terbuat dari kayu. tanduk, tulang, bambu ,tanah liat dan batu 6. Alat-alatnya sudah diupam atau diasah 7. Zaman bercocok tanam ini bersamaan dengan zaman Neolithikum (zaman batu muda) dan Zaman Megalithikum (zaman batu besar) C. Masa Bertukang (perundagian) Pada masa ini masyarakat sudah mengenal teknik-teknik pengolahan logam. Tempat untuk mengolah logam disebut perundagian dan orang yang ahli mengerjakannya disebut Undagi.Ciri zaman ini : 1. Manusia telah pandai membuat alat-alat dari logam dengan keterampilan dan keahlian khusus 2. Sudah mengenal bersawah 3. Alat-alat yang dihasilkan : kapak corong. nekara,pisau, tajak dan alat pertanian dari logam 4. Telah mencapai taraf perkembangan sosial ekonomi yang mantap Ada dua cara teknik pembuatan logam, yaitu cetakan lllln (a cire perdue); benda yang dimaksud dibuat dari lilin dan ditutup tanah liat basah. lalu dibakar, Illin meleleh dari lubang yang dibuat di bagian bawah. Cetakan selesai dibuat, logam cair dituangkan ke dalam cetakan,setelah dingin cetakan dipecah. Kedua adalah cetakan setangkup (bivalve), menggunakan cetakan terbuat dari tanah liat basah. Setelah kering logam cair dituangkan ke dalamnya dan didiamkan sampai dingin lalu cetakan dibuka. Masa perundagian yang dibagi ke dalam tiga zaman yaitu : 1. Zaman Tembaga Pada zaman ini manusia menggunakan tembaga sebagai alat kebudayaan yang hanya dikenal di beberapa bagian dunia saja. Di Asia Tenggara, khususnya lndonesia tidak dikenal adanya zaman tembaga. Hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya artefak-artefak yang dibuat dari tembaga. 2. Zaman Perunggu Orang dapat mencampur tembaga dengan timah sehingga diperoleh logam yang lebih keras. Benda-benda perunggu yang ditemukan di Indonesia menunjukan persamaan dengan temuan temuan di Dongson (Vietnam), baik bentuk maupun pola hiasannya. Hal ini menimbulkan dugaan tentang adanya hubungan budaya yang berkembang di Dongson dengan di Indonesia. 3. Zaman Besi Pada masa ini orang telah dapat melebur besi untuk dituang menjadi alat-alat yang dibutuhkan, pada masa ini di Indonesia tidak banyak ditemukan alat-alat yang terbuat dari besi, hanya beberapa seperti kapak corong, nekara,pisau, tajak dan alat pertanian dari logam. Antara zaman Neolithikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalithikum. yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu batu besar sebagai alatnya. bahkan puncak kebudayaan megalithikum justru pada zaman logam. Contoh hasil kebudayaan Megalithikum : Dolmen : adalah meja batu tempat meletakkan sesaji --- This episode is sponsored by · Anchor: The easiest way to make a podcast. https://anchor.fm/app Support this podcast: https://anchor.fm/abu-mumtaz/support
    6m 38s
  • Jas Merah (Trailer)

    10 JUL 2020 · --- Support this podcast: https://anchor.fm/abu-mumtaz/support
    51s
History Talking podcast for you, with easy and simple method happy listening and learning Support this podcast: https://anchor.fm/abu-mumtaz/support
Contacts
Information
Author Kursus Bahasa Arab (KURBA)
Categories History
Website anchor.fm
Email -

Looks like you don't have any active episode

Browse Spreaker Catalogue to discover great new content

Current

Looks like you don't have any episodes in your queue

Browse Spreaker Catalogue to discover great new content

Next Up

Episode Cover Episode Cover

It's so quiet here...

Time to discover new episodes!

Discover
Your Library
Search